Sabtu, 30 April 2011

Surat Kedua Buat Abu

"Masih lama ya?
Suratku yang kemarin, sudah sampai belum?
Kok aku belum menerima balasan?

Well,
Aku tahu pembukaan suratku tidak menyenangkan. Bodoh seperti anak TK yang menulis surat untuk neneknya. Oke, ayo lompati saja bagian ini

H-U-P

Apakah terlalu lama bagimu?Apa kamu keberatan menemui aku lagi? Kamu bisa, kan, mengubah pelangi itu jadi perosotan, alih-alih eskalataor?

GRR...

Aku tahu aku mulai mengesalkan. Aku tahu. Aku tahu. Aku tahu.

ABU,
Kamu harus tahu, menunjukkan negerimu bisa berakibat begini parahnya. Lama kelamaan, aku jadi sangsi apakah kamu nyata atau tidak.

Aku yakin kunjungan ke 'dunia' mu itu nyata. Tapi, fakta bahwa aku masih hidup normal dan tak ada tanda-tanda keberadaanmu sampai saat ini, mungkinkah kamu bahkan tidak pernah ada?

Aku berusaha meyakinkan ayah, ibu, kakak, teman-temanku. Satupun tidak ada yang percaya padaku. Aku tetap meyakinkan mereka, sampai mulutku berbusa. Tapi sia sia.

Sekarang, kurasa aku harus meyakinkan diriku sendiri.

Sepertinya, aku memang gila dan tidak waras. Seperti yang mereka bilang"

Kali ini aku ogah ogahan melipat kertas surat. Tanpa repot-repot memasukkannya ke dalam amplop, aku melemparkannya ke tempat sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar