Rabu, 27 April 2011

Cinta selalu mempunyai cara untuk kembali pulang

"emily."

Aku selalu menyukai saat kamu memanggil namaku, terdengar begitu merdu dan sangat lembut. Aku masih sangat ingat saat pertama kali kamu memanggilku di tengah kantin SMA kami, saat itu kami masih kelas 1.

"EMI, EMIL, EMILY!."
aku menghentikan langkahku dan berbalik. sekarang aku sedang berdiri di depan seorang anak laki-laki yang tingginya lebih sedikit daripada tinggiku dan tidak seberapa berisi. ya, aku sedang berdiri di depanmu. rambutmu yang kamu pangkas pendek itu terlihat berkeringat dan kumal, dan saat melihat mimik wajahmu yang menunjukkan kegugupan, aku hanya berusaha menahan tawaku dengan tersenyum, "Em aja."
"oya em, aku mau minta tolong, aku nitip uang buat hendra ya."

setelah aku mengangguk dan menerima uang itu, kamu segera pergi meninggalkanku dengan terburu-buru, aku baru sadar

"nama kamu siapa?," teriakku. Aku tidak melihatmu berbalik, aku hanya melihat punggungmu yang semakin hilang di tengah keramaian

kemudian aku tersadar akan lamunanku, menoleh ke arahmu yang memanggilku dan akupun terperangah

"pas kan?,"

aku masih tidak bisa mengedipkan mataku. malam ini kami akan makan malam di tempat pertama kalinya kamu mengungkapkan perasaanmu. hari ini tepat 7 tahun kita bersama. setelah banyak arang melintang,akhirnya kami bisa bertahan selama ini. kamu mencoba membenarkan jas yang kamu kenakan dan aku benar-benar takjub.memang selama ini aku telah menyadari betapa mempesonanya wajahmu itu tapi dengan menggunakan stelan jas dan kamu berputar-putar di tempat sambil memamerkan senyuman khasmu membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. Rasa yang sudah begitu lama tidak terjamah akhirnya kembali hidup. Sudah lama aku tidak merasakan debaran kencang saat bersama denganmu, mungkin di awal kita bersama aku selalu merasakannya tapi lambat laun karena terbiasa bersama denganmu akhirnya rasa itu menghilang. BUMM.

"em, pantes ngga? apa jelek ya? kamu mau aku ganti?."

aku mengedipkan mataku sambil menggelengkan kepala,
"ngga perlu, cakep punya deh."

rambut yang biasa kamu buat acak-acakan, malam ini kamu tata begitu rapi. kamu buat model rambutmu seperti kita pertama kali bertemu dan sepertinya kamu memberi terlalu banyak gel, lagi-lagi aku menahan tawa seperti dulu.
aku ingat saat kamu wisuda, ya saat kita wisuda. kamu memberikan terlalu banyak gel di rambutmu sehingga terlihat begitu klimis. aku ingat hendra membisikkan sesuatu padaku,

"bintangmu selalu kelihatan konyol disaat yang penting."

hendra bisa dikatakan adalah mucikari kami, maksutku mak comblang. setelah aku memberikan uang itu dulu kepada hendra, aku menanyakan siapa nama kamu dan hendra malah menggodaku,

"namanya bintang, dari MOS dia udah naksir kamu, berani-beraninya dia yang culun gitu naksir kamu, mending kamu sama aku deh."

"udah deh hen, ngomong apa sih kamu, kebiasaan deh tuh mulut. kalo naksir aku ngapain dia pake berani nitip duit ini ke aku?"

"aku tantangin dia, aku bilang aja sebelum aku duluin dapetin kamu daripada dia hahaha eh sakit em, tapi beneran, dia naksir kamu em.sampe rela ga jajan berapa hari tuh anak buat beli gel, biar rambutnya keliatan rapi dikit."

aku melepaskan cubitanku dari lengan hendra. ternyata itu yang membuat rambutmu jadi klimis. dari SMP aku sudah biasa menghadapi anak laki-laki yang selalu mengejar-ngejarku. mereka semua terhitung anak laki-laki, yang menurut teman perempuanku, terkenal dan banyak yang menyukai. sayangnya, aku tidak pernah melihat ke arah mereka. ya, aku belum pernah berpacaran. tapi aku pernah menyukai seseorang saat SMP tapi perasaan itu tidak bertahan cukup lama karena dia lebih memilih sahabatku sendiri.

"sayang, kamu dari tadi mikirin apa sih? ko aku tanya kamu jawabnya lama banget, kamu sakit?"

lagi-lagi aku terhanyut dengan ingatan masa lalu kami.

"ngga ko, tang." bintang berdiri diatas lututnya sambil menatap mataku dalam-dalam. bahkan saat dia berdiri dengan lutut,tingginya jauh lebih tinggi daripada denganku yang sedang duduk. aku pikir, dia akan melamarku. sudah 7 tahun kami bersama dan kedua orang tuaku sudah menanyakan kapan bintang akan melamarku dan kalimat yang terucap dari bibirku adalah, "bintang harus mikir mateng-mateng, ma, aku juga harus mikir mateng-mateng, aku gamau cuman jadi beban buat bintang."

"kamu yakin kamu ga kenapa-kenapa? kita bisa batalin makan malamnya kalau kamu sakit."

lega. pikiran bintang akan melamarku pun menghilang. antara lega dan sedih. sedih? sebenarnya siapa sih perempuan yang tidak pernah memimpikan bahwa suatu hari dia akan dilamar oleh kekasih yang sangat dia cintai? aku juga memimpikannya, tapi aku selalu mencoba menekan perasaan ini. Dengan melihat kondisiku sekarang yang berbeda dengan dulu, saat bintang pertama kali jatuh hati kepadaku, aku harus memikirkannya dua kali.

"gapapa tang," jawabku sambil tersenyum. dia mengangguk kemudian berdiri dan berjalan menuju belakangku kemudian mendorong kursi rodaku. malam ini aku menggunakan pakaian terbaikku, dress yang aku siapkan beberapa bulan yang lalu. dress yang dipilih oleh bintang.

saat bintang menggendongko menaiki mobil, bintang membisikkan di telingaku sesuatu sambil mengecup pipiku.

"kamu cantik banget, sayang."

perjalanan menuju restoran, aku lebih banyak diam. mengingat kejadian 3 tahun yang lalu, saat mobil itu menabrak mobil yang aku kendarai. malam itu aku tengah bertengkar hebat dengan bintang, aku melihat bintang mencium perempuan lain. tidak kuat menahan emosiku yang meluap, aku memutuskan untuk pulang. saat itu tengah hujan badai, bintang sudah melarangku untuk pulang, dia berkali-kali menarik tanganku kasar untuk tetap tinggal di rumahnya selagi menunggu hujan reda. aku yang keras kepala pun tidak mendengarkan dan memilih untuk memasuki mobil. aku memacu mobilku dengan kecepatan 80 km/jam di tengah badai. aku masih dikuasai amarah, aku tidak melihat datangnya mobil di arah yang berlawanan denganku. terakhir yang aku ingat adalah sorot cahaya lampu mobil yang menyilaukan dan suara hujan yang begitu keras di telingaku. aku dilarikan ke unit gawat darurat.

aku terbangun beberapa hari setelah kecelakaan dan yang ada disampingku saat itu adalah mama. aku melihat Bintang yang tertidur di sofa samping tempat tidurku. aku mencoba menggerakkan badanku dan rasanya ada yang aneh. selain selang-selang dan perban di kepala, aku tidak bisa merasakan kakiku. aku mencoba mengangkat kakiku dan benar-benar mati rasa. mama mulai terlihat bingung dan menangis, bintangpun bangun.

"ma, kenapa kaki em ngga bisa digerakin? ma? emily kenapa ma?"

tangis mama semakin pecah, dan aku mulai menangis. papa yang baru masuk kamar langsung terdiam di depan pintu yang terbuka, bintang menghampiriku.

"sayang, tenang, kita bisa melewati cobaan ini ko....apapun yang terjadi masih ada aku disini," bintang menggenggam tanganku erat. aku mulai menyadari kondisiku, aku lumpuh.

tangisku lah sekarang yang pecah, papa memeluk mama yang menangis dan bintang mencoba menenangkanku. aku tidak bisa menerima. spontan aku mendorong bintang dan mengusirnya.

"mending kamu pergi tang! aku gamau lihat muka kamu lagi! kita udah bener-bener putus!."

aku tidak yakin dengan ucapanku sendiri, aku percaya bahwa bintang tidak berselingkuh tapi kondisiku sekarang yang harus melepaskan bintang. bintang harus menemukan gadis lain yang normal, yang bisa menjadi istri yang sempurna untuknya. bintang tidak mau pergi, nadaku semakin meninggi, aku melemparinya dengan bantal, selimut, apapun yang ada didekatku. dan dia akhirnya pergi meninggalkan ruang rawatku sambil menghapus air yang berada di sudut matanya.

6 bulanan aku tidak mendengar kabar dari bintang dan 6 bulan juga aku terpuruk di atas kursi roda. mama papa sudah mengajakku berobat ke segala dokter bahkan sampai ke luar negeri tapi sayangnya, hasilnya nihil. sampai di saat ulang tahunku ada sebuah kiriman, kado dari bintang. aku membuka kado itu dan berisikan sebuah buku. aku beranikan diri untuk membuka buku itu, di dalamnya tertulis tanggal 26 juni. ini di tulis 3 hari yang lalu.

emily, selamat ulang tahun. 6 bulan ini adalah masa-masa terberat untukmu, untuk kita. aku tidak mengerti kenapa kamu harus memutuskanku di saat kamu membutuhkanku. aku yakin, kamu menyuruhku pergi bukan karena aku berselingkuh. aku tidak pernah berselingkuh, em. aku selalu mencintaimu, aku selalu milikmu. tapi kenapa? kenapa kita harus berakhir dengan cara seperti ini? apa karena kondisimu sekarang? em, aku selalu menerimamu apa adanya. aku selalu menginginkanmu bagaimanapun kondisimu. beritahu aku em, aku harus melakukan apa untuk meyakinkanmu bahwa kamu adalah pilihanku? bagaimana untuk membuatmu kembali kepadaku? aku yakin bahwa kamu juga masih mencintaiku seperti dulu. salam buat mama dan papa.
still yours,
bintang 

air mataku meleleh. apa aku seegois ini? kenapa aku tidak memikirkan perasaan bintang? tapi ini yang terbaik untuk bintang. dia pantas mendapatkan yang lebih baik. air mataku semakin mengalir deras. tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan mama masuk sambil membawa kentang dan telur. sudah 6 bulan juga aku tidak nafsu makan, badanku jauh lebih kurus daripada 6 bulan yang lalu. setelah mama meletakkan makananku di samping kasur, mama menghampiriku.

"em, bintang sangat mencintaimu, nak, coba kamu pikirkan lagi, mama yakin kamu masih tidak bisa melupakannya."

aku memeluk mama, begitu erat. mama selalu pengertian semenjak aku jatuh sakit. sebelumnya mama yang keras kepala dan egois, sekarang menjadi mama yang lembut dan pengertian. aku menangis dalam pelukan mama.

"ma, nanti malem anterin em ke dante ya, em udah lama ngga kesana."

malamnya, mama benar-benar mengatarkanku. setelah membantuku menaiki kursi roda, mama mendorongku menuju tempat duduk kesukaanku dan bintang. tapi sayang, disana sudah ada yang menduduki. aku meminta mama mencari tempat lain, belum menemukan tempat lain tiba-tiba pria yang duduk di tempat itu menoleh ke arah kami. aku menahan nafas.

"bintang."

lidahku tercekat, bintang berdiri dari tempatnya duduk dan bersalaman dengan mama.

"gimana kabar tante? udah lama ngga ketemu. kebetulan banget bisa ketemu disini," ucap bintang ramah. aku masih terdiam, tidak berani melihat ke arahnya.
setelah mama dan bintang mengobrol sebentar, akhirnya gilang meminta izin untuk mengajakku makan malam. alasannya, sebagai hadiah ulang tahun. sebagai teman. setelah bintang meminggirkan kursi dan membenarkan posisiku duduk, dia memesan makanan kesukaanku. 5 menit pertama kami hanya terdiam. wajah bintang tidak berubah, masih tetap tampan, hanya saja terlihat tidak terawat karena bulu-bulu halus telah menutupi dagu dan pelipisnya. aku tidak pernah melihat bintang dengan kumis dan jenggot.

"kamu tetep cantik, em," ucapnya sambil tersenyum. oh Tuhan, aku sungguh merindukan senyuman itu.
"mama bilang ke kamu kalo aku bakal kesini?," tanyaku ketus
bintang menarik nafas berat, "Ngga, mama ga bilang kamu kesini, aku emang ga sengaja mampir kesini."

suasana begitu hening sampai selesai makan. aku tidak mau banyak bicara tapi mulutku selalu ingin terbuka dan mengatakan betapa aku merindukannya, tapi selalu tertahan. selesai makan, biasanya bintang mengajakku menari di balkon, di dekat kami duduk sekarang. tapi dengan kondisiku seperti ini, sepertinya tidak mungkin. bintang sama sekali tidak membahas tentang 6 bulan silam dan hadiah darinya.

"kamu mau pulang?," tanya bintang. dan aku mengangguk.

setelah membayar, bintang mendorong kursi rodaku menuju mobil jeepnya. masih mobil yang sama. dia beli ini setelah 2 tahun kami bersama. saat bintang membuka pintu dan menggendongku, terasa begitu sesak di dada. wajahku terasa begitu panas saat aku bisa merasakan degup jantung bintang yang berirama. begitu tenang. setelah mendudukanku dengan posisi yang benar, dia melipat kursi rodaku dan diletakkan di belakang. kemudian dia menyetir perlahan, menuju ke rumah. di saat perjalanan, bintang lebih banyak membahas tentang pekerjannya sebagai kontraktor. dia tidak menanyakan keadaanku selama 6 bulan ini, mungkin dia sudah mengetahui betapa sengsaranya hidupku. dia juga tidak membahasku tentang kehidupannya selama 6 bulan ini.

sampai di rumah, bintang membukakan pintu mobil dan menggendongku. dia lupa mengambil kursi rodaku, tetapi aku tidak mengingatkannya. dia tetap menggendongku, wajahku kembali panas dan saat itu pertahananku runtuh. aku menangis di gendongannya. aku melingkarkan tanganku di leher bintang. aku tanam wajahku di dadanya. menangis sepuasnya.

"maafin aku tang, maafin aku."

bintang tidak menjawab, dia hanya menarik nafas dan membuangnya perlahan. aku mengangkat wajahku yang masih berlinang air mata itu dan menatap ke arahnya. bintang masih berjalan menuju pintu rumahku, senyumannya yang seperti malaikat mengembang perlahan.

"kamu tau aku selalu maafin kamu."


Bintang membelokkan mobilnya ke parkiran dante kemudian menggendongku masuk. aku tidak pernah menggunakan kursi roda saat bersamanya, dia lebih memilih menggendongku. setelah memesan makanan, bintang mengajakku bercanda seperti biasa. bersama dengannya adalah saat-saat paling bahagiaku. setelah makan, dia mengajakku menuju balkon. awalnya aku tidak mau tapi dia memaksa. aku mengalah. entah kenapa bintang selalu tidak mengeluh saat menggendongku, pernah aku menanyakan apa dia tidak capek selalu menggendongku?

dia hanya menjawab,
"kalo dengan kaya gini kamu ga bakal pergi dari aku lagi, aku sih ga masalah," jawabnya sambil tersenyum jahil. aku mencubitnya, dia tertawa semakin keras.
"badan kamu kecil aja ko, gapapa, aku lebih suka gendong kamu daripada dorong kamu, itung-itung fitnes gratis."

di balkon, mengalun melodi yang halus dan pelan. dia menurunkanku di kursi pinggir balkon. dia memeluk pinggangku erat dan menggenggam tanganku yang sebelah kiri. dia mengangkatku, dia membuatku berdansa. walaupun sepenuhnya dia yang menggerakkan. aku menyandarkan kepalaku di bahunya. aku merindukan saat-saat dansa dengannya di balkon ini.

selesai puas berdansa, tidak terasa restoran ini sudah mau ditutup. bintang memakaikan jasnya untukku. udara malam terkadang membuatku menggigil. aku tidak sekuat dulu.

bintang memutar arah, bukan menuju ke rumahku, tapi sepertinya menuju pantai dekat sini. benar dugaanku, bintang mengajakku menuju pantai. aku sudah lama mengatakan pada bintang kalau aku ingin mendengarkan deburan ombak yang bersahutan dan bulan yang berada tepat di atasnya.

lagi-lagi bintang menggendongku untuk menuju pantai. dia mendudukanku di atas pohon yang tumbang di pesisir. malam ini pemandangan di laut begitu indah. sepi. aku bisa mendengar angin yang menggeser pasir dan deburan ombak. aku menghirup nafasku dalam-dalam, terasa begitu segar. bulan tepat berada di atas laut. malam ini bulan juga tampak lebih besar dari biasanya. air laut yang pasang surut mengenai kakiku. aku masih tidak bisa merasakan hempasan ombak di kakiku. bintang berdiri agak di depanku, melihat ke arah laut. kemudian dia membuka mulut,

"em, ambilin sapu tangan di kantong jasku ya."
"yang sebelah mana?," aku memasukkan tanganku ke kantong jas bintang. tidak ada sapu tangan, hanya ada bingkisan kotak kecil yang menyundul. aku mengambilnya, dan membukanya. di dalamnya terdapat sebuah cintin bermata yang berwarna ungu. amethyst. kemudian aku menoleh ke arah bintang dan bintang sedang berlutut di hadapanku.

"biar laut, bulan, bintang, ombak, yang jadi saksi. em, mau kah kamu menikah denganku? menjadi ibu dari anak-anakku?."

aku menahan nafas. di mataku terasa begitu penuh dengan air. dadaku sesak. pikiran tentang aku bukanlah perempuan yang sempurna untuk bintang kembali muncul tapi di lain sisi aku membayangkan tengah menggendong bayi perempuan kecil yang mirip sekali dengan bintang. air mataku menetes. aku tersenyum, kemudian tawa kecilku terdengar. aku mengangguk. bintang memasangkan cincin itu dan kemudian memelukku begitu erat.

aku ingat saat bintang memintaku menjadi kekasihnya, 7 tahun yang lalu. tidak seperti ini, malah tergolong aneh kata hendra. tapi kataku, itu spesial. bintang mengajakku makan malam di restoran kesayangan kami, dante. setelah berdansa, dia memelukku sambil berbisik,

"jadi kita pacaran?."

aku tertawa tapi dia tidak ikut tertawa saat itu. dia menunggu jawabanku. aku menghentikan tawaku dan mengangguk.

--

In a relationship you have to accept the other person for all of who they are and not just the parts that are easy to like, and your stupid if you turn back on something important as Love - valentine's day.

donat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar