Aku bosan belajar. Capek membaca, menghitung. Aku rindu padanya, aku yakin dia bukan sekedar imajinasi.
"Halo Aladdin, eh Monyetnya Aladdin,
Kamu masih ingat aku? Aku yang waktu itu pernah 'main' ke negerimu, ingat tidak?
Sudah lama sekali rupanya
Aku masih ingat jelas pelangi jelly itu
Aku juga masih ingat rasa awan-awan lembut itu
Terutama monyet monyet yang bergelantungan itu
Terutama permadani merahmu yang empuk itu
Dan aku masih ingat jelas padamu
Wajahmu, surbanmu, baju 1001 malammu, cara tertawamu
Abu, itu namamu kan kamu bilang?
Katamu waktu di atas langit, kamu yang ajak aku
Kenapa kamu tidak langsung muncul?
Kenapa kamu biarkan aku terkatung sendirian?
Sampai kedinginan
Sweater merah tebal itu kamu kan yang kasih?
Hangat sekali, terima kasih
Aku mau tanya sama kamu, boleh ya?
Tapi jangan tertawa seperti dulu
Nanti surbanmu miring lagi, haha
Monyet yang ganteng (jangan besar kepala dulu, aku hanya mencoba mengambil hati),
Kenapa waktu itu aku tiba-tiba ada di bangku cokelat kelasku?
Kenapa alih alih sweater hangat, yang membungkusku malah baju putih abu abu yang kusam?
Kamu mendadak raib
Sosokmu berganti guruku yang galak, kau tahu?
Aku dipaksa mengerjakan soal yang sulit sekali
Aku ingin menangis, tapi temanku malah tertawa
Kamu jahat,
Sudah menyeretku ke dunia menakjubkan, tapi kamu dorong lagi aku kembali
Katamu kamu mengenalku
Tapi aku belum
Kita bahkan berpisah tanpa pamitan
Tunggu, apa artinya kita bisa kembali bertemu?
Tapi dimana?
Apa kali ini kamu yang berkunjung ke dunia normalku?
Bagus! Kalau begitu
Aku akan bilang ayah, ibu, dan kakak
Mungkin kamu bisa mengajariku fisika, kimia, atau matematika
Tentu saja aku bergurau
Kita akan banyak berkeliling, Abu
Nanti kuajak kamu naik motor, bukan permadani terbang
Semoga kamu tidak keberatan
Aladdin imitasi, aku benar-benar pengen ketemu sama kamu lagi
Jadi please, temui aku. Balas suratku"
Kutatap kertas putih bergaris ini. Kututp pena biru kesayanganku. Aku siap mengepos surat, lewat mimpi.
-orange-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar